AB NEWS ■ Setelah beberapa bulan wilayah lereng Gunung Slamet tidak menerima guyuran air hujan, kini penduduk setempat sudah mulai lega. Pasalnya, beberapa hari terakhir kucuran air dari langit sudah sering jatuh.
Tanah tandus, gersang dan tebalnya debu di tiap sudut pandang pun telah berganti jadi pemandangan yang menyejukkan, khas pegunungan.
Tak hanya itu, aktivitas para petani berjalan normal kembali, bahkan seolah tak kenal lelah, mereka bekerja dari pagi hingga sore hari.
Terpantau hingga Senin dini hari, 5 oktober 2020, hujan turun sporadis di wilayah ini dengan intensitas ringan hingga sedang.
Fenomena datangnya musim penghujan, tentu sangat diharapkan oleh penduduk yang bermukim di kaki gunung slamet, terutama masyarakat beberapa desa di kabupaten Purbalingga, kecuali ds Karangsari dan pemukiman yang terlewati aliran PDAM, keseluruhan wilayah kecamatan pulosari alami krisis air.
Nasib sama juga di alami oleh warga, beberapa wilayah di Kecamatan Belik, Kabupaten Pemalang.
Tidak adanya sumber mata air memadai yang bisa menjawab kekeringan dan ketersediaan air bersih, merupakan persoalan yang belum terselesaikan sampai saat ini.
"Terkecuali dengan dana sangat besar dan teknologi super canggih, semuanya bisa terjawab, itu pun bila ada beberapa pihak di negeri ini yang serius memperjuangkannya," kata Imam, warga setempat yang ditemui di pangkalan ojek Gintung.
Sementara banyak orang, masih sibuk dengan thema pilkada serentak di Indonesia.
"Saya merasa bersyukur dengan berakhirnya kemarau, setidaknya ketersediaan air di daerah ini bisa terpenuhi, pelaku usaha peternakan ayam pedaging dan pabrik batako operasionalnya bisa di minimalisir bila dibandingkan dengan musim kemarau, mereka harus membeli air dengan jumlah besar, tak jarang kerugian di alami oleh mereka yang usahanya bergantung dengan air," imbuhnya.
Seperti yang kita ketahui, meski pun wilayah ini berada di kaki gunung nan subur, namun langkanya sumber mata air memadai sebabkan krisis air sepanjang kemarau tak terhindarkan.
"Dampak lainnya adalah tidak jarang pelaku usaha meliburkan diri demi menghindari kerugian lebih besar," ujar Wasrap, pengusaha ternak ayam pedaging, di wlayah ini.
Hal yang sama, lanjut Wasrap, juga menimpa beberapa rekannya yang berkecimpung di bidang pertanian.
■ Himawan / Dwi Sri Maryanto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar